Tiba-tiba semua menjadi tak bersahabat. Dia yang dulu selalu mendorongku, berada di belakangku, tempat ku mengadu. Sekarang ia berada di seberang sana. Memandang aneh padaku. Atau aku yang memang tampak aneh baginya sekarang? Sudahlah. Aku tinggalkan saja ia dan pandangan anehnya yang menembus punggungku ketika aku berbalik, memilih pulang.
***
Belum juga genap setahun kota ini kutinggalkan, tapi aku seperti baru tiba di kota asing. Bukan kota kelahiran tempatku menghabiskan waktu menapaki jalan lumpur bersamanya.
Pagi ini aku menyusurinya kembali. Mencoba mencari keping-keping ingatanku yang mungkin bersisa di tempat ini. Mencoba menemukan kesan yang sama. Tapi lagi-lagi hanya ia yang kudapati. Berdiri di sana dan memandangku aneh.
Hei hentikan. Jangan seperti itu. Ini aku..
Aku mencoba mengalah kali ini. Tapi dia yang berbalik pulang. Meninggalkan aku yang semakin pilu disini.
Mengapa?
Tahukah bahwa aku hanya ingin mengajakmu terbang bersama?
***
Tapaknya tergesa. Meninggalkan jejak-jejak baru di tanah berlumpur, jejak tak beraturan seperti pikirannya yang kalut kali ini :
Aku kalah lagi hari ini. Sepuluh bulan tak cukup bagiku untuk menerima semua kemenangannya atasku. Akankah esok egoku luntur? Kuharap demikian. Aku lelah dengan semua ini.
1 comment:
saya tak tahu diksi maupun isi. yang saya tahu warna tulisannya berbeda
Post a Comment