Kurus. Wajahnya berhiaskan kacamata. Ia berdiri dengan tegaknya di atas mobil pick up coklat yang melaju perlahan. Tangannya memegang toa yang bertuliskan “milik BEM”. Sesekali ia berteriak dan menyenandungkan semangat. Semangat gelora untuk rakyat, untuk sebuah idealisme.
Beriringan di belakangnya, jas almamater warna-warni yang berdesakan. Warnanya membaur menjadi satu, warna kerinduan. Kerinduan hadirnya keadilan. Barisan itu panjang, seperti hendak menyedot masyarakat turut bersamanya.
Lalu di ujung sana. Seorang perempuan berlari-lari kecil. Peluh belum juga hilang. Tapi ia masih berusaha untuk bersama mereka. Bersama untuk bisa berpegangan tangan, walau mungkin kehadirannya tak disadari.
Masih di tempat yang sama. Di tengah laju gerak harapan. Ada percakapan kecil:
“Kasihan, banyak yang belum minum ni. Panas terik begini.”
“Iya, aku ada si 2 botol air. Ya mungkin bisa membantu, walau sedikit.”
“He eh, aku juga ada 3 gelas air ni. Ntar kita bagi-bagi ma yang lain ya.”
Sepenggal gerak harmoni yang begitu indah. Indah dalam harapan. Indah dalam kebersaman.
Lalu sayup-sayup terdengar:
Kepada para mahasiswa
Yang merindukan kejayaan..
Di sudut yang sama di tengah gelombang harmoni indah itu, ada harap dalam diri. Harap harmoni ini akan senantiasa indah. Harap agar idealisme ini tidak pernah luntur. Harap kejayaan peradaban yang terukir kemudian.
Suatu saat kelak, kita kan bersama kembali dalam kiprah nyata untuk bangsa. Itu impian kita bukan?
Beriringan di belakangnya, jas almamater warna-warni yang berdesakan. Warnanya membaur menjadi satu, warna kerinduan. Kerinduan hadirnya keadilan. Barisan itu panjang, seperti hendak menyedot masyarakat turut bersamanya.
Lalu di ujung sana. Seorang perempuan berlari-lari kecil. Peluh belum juga hilang. Tapi ia masih berusaha untuk bersama mereka. Bersama untuk bisa berpegangan tangan, walau mungkin kehadirannya tak disadari.
Masih di tempat yang sama. Di tengah laju gerak harapan. Ada percakapan kecil:
“Kasihan, banyak yang belum minum ni. Panas terik begini.”
“Iya, aku ada si 2 botol air. Ya mungkin bisa membantu, walau sedikit.”
“He eh, aku juga ada 3 gelas air ni. Ntar kita bagi-bagi ma yang lain ya.”
Sepenggal gerak harmoni yang begitu indah. Indah dalam harapan. Indah dalam kebersaman.
Lalu sayup-sayup terdengar:
Kepada para mahasiswa
Yang merindukan kejayaan..
Di sudut yang sama di tengah gelombang harmoni indah itu, ada harap dalam diri. Harap harmoni ini akan senantiasa indah. Harap agar idealisme ini tidak pernah luntur. Harap kejayaan peradaban yang terukir kemudian.
Suatu saat kelak, kita kan bersama kembali dalam kiprah nyata untuk bangsa. Itu impian kita bukan?
2 comments:
saya masih jauuuuuuuuuuuuuuuuhhhhhhh untuk bisa seperti mereka :(
Koq idenya sama ya…yant juga gi bikin tulisan buat aksi-aksi kita dulu.
Tapi sudut pandang ienk lumayan keren!
Hope we can with our idealism forever
Post a Comment