Sunday, 5 December 2004

lagi-lagi tentang menikah

Lagi-lagi tentang menikah. Usia seperti ini mungkin memang tak akan habis membicarakan topik itu. Atau mungkin ia baru akan berhenti ketika akad sudah berlangsung –berlebihan ya hehe-. Entahlah. Menikah. Satu kata yang maknanya begitu dalam. Dalam sekali, jadi jikalau berusaha menyelami kedalamannya maka benarlah butuh kekuatan lain yang lebih besar untuk itu. Benar kata seorang saudara bahwa menikah itu bukanlah cita-cita, tapi ia adalah sarana untuk mencapai cita-cita agung yang begitu indah. Maka pantaskah washilah dakwah ini kita jadikan ajang bermainnya ego kita? Ego diri dan hati. Sungguh berlelah pasti hadir saat tapakan demi tapakan kembali diteguhkan, kala semangat meredup, kejenuhan muncul dan saat merasa membutuhkan uluran untuk kembali mengokohkan pijakan. Lantas karena itukah keputusan menikah diambil?

Menikah adalah menyinergikan energi bagi dakwah, yang bersamanya akan timbul kekuatan baru bagi kegemilangan Islam. Mulia sekali. Hingga perjalanan menuju kesana adalah proses yang terjaga dan dijaga. Lalu pertanyaannya adalah: Sudah siapkah untuk membina rumah tangga? Bertemu dengan karakter berbeda yang belum dikenal sebelumnya? Mengenal keluar besar, latar belakang budaya dan adat yang berbeda? Mengubah impian menjadi impian bersama? Mengkompromikan ego? Mendengarkan keluh kesah? Berdiskusi? Menjadi penyemangat? Mendidik anak?

Kenapa tiba-tiba menjadi takut? Takut dengan bertambahnya pertanyaan-pertanyaan itu. Takut jika "cukuplah agamanya saja" sulit diucapkan dengan ikhlas.
Takut jika ternyata komitmen diri untuk dakwah adalah tidak sebesar keinginan untuk menikah. Takut jika ternyata ia –komitmen terhadap dakwah.red- belum selayak yang seharusnya menjadi energi tuk mengarungi episode baru kehidupan.

Btw seharusnya apa yang memotivasi seorang muslim/-ah untuk mengambil keputusan menikah?

-->ditulis setelah baca "obrolan ikhwan"-nya yoyo

4 comments:

cahy0 said...

motivasinya, mungkin cari motivasi yang nggak cuman buat kesenangan sesaat. tapi apa itu ya? :-/

kalo berbicara mengenai nikah, mungkin banyak orang yang begitu bersemangat untuk melaksanakannya tanpa benar-benar paham mengenai apa yang harus dipersiapkan.

mitsaqan ghalizah. itu kata orang sih. kira-kira artinya permasalahan atau tanggung jawab yang berat. karena itu perlu juga dipikirkan kematangan pertimbangan lahir dan batin. soalnya pertanggungjawabannya memang lumayan berat.

secara ideal memang ada unsur tujuan dakwah di sana. tapi itu hanya sebagian kecilnya saja. karena dunia ide tersebut (filosofi) harus diterjemahkan lagi ke dalam dunia pragmatis(realita kehidupan)-nya.

Wallahu a'lam..

imponk said...

Saya kira tak ada banyak masalah pada pernikahan itu. Karena sebenarnya proses menikah itu sederhana. (saya menyoroti dari segi fisik ajah)

Yang menjadi pikiran, mungkin, adalah "siapa yang menjadi pendamping?" dengan segala apa yang dimilikinya yang boleh jadi tidak sama, dan siap untuk "disamakan".

Anonymous said...

Motivasi menikah? Apa ya?
Yang jelas menikah itu adalah sebuah keputusan besar dalam hidup. Soale dulu kita yang sendiri, harus mengarungi hidup berdua, saling mengerti, memahami, mendukung, pokoke menekan rasa ke-egoan kita (gw nih yang ngomong? Laughing at myself haha..ups)

Bukankah semua yang kita lakukan seharusnya hanya untuk mencari keridhoan Allah swt. Ya, begitupun menikah, kalo buat gw kurang lebih kayak gini:
1. saling mendukung dalam dakwah
2. memperkuat dan memperluas jaringan dakwah
3. sarana pembelajaran, menguatkan sisi individual, pendewasaan.
4. sarana pendidikan (beda loh ma pembelajaran), sehingga dapat saling menjaga kebaikan, saling mengingatkan jika ada kelalaian.
5. Melahirkan mujahid dan mujahidah yang kelak menjadi penerus, yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.
Wallahu a’lam bish shawab.

Wah, subhanallah ya..betapa indahnya pernikahan seperti itu. hmm..semoga suatu saat nanti.. Amiin.

brownies :)

gitafh said...

makasi dah berbagi disini

jazakumullah khair ^^

Iri

Ingin rasanya berada bersisian, berdampingan dengan teman-teman di lapangan yang sedang berjibaku tak kenal henti. Mereka diberi kesempa...