Sunday 9 January 2005

stres pasca trauma

Mengawali tahun 2005 ini, rakyat Indonesia dikejutkan dengan luluh lantaknya Aceh dan sebagian Sumatera Utara oleh tsunami dan gempa berkekuatan 8,9 Richter. Ribuan nyawa melayang, tumpukan harta benda lenyap dan sanak saudara hilang.

Seluruh elemen negeri bereaksi, bergegas memberikan apa yang bisa mereka beri karena tsunami dan gempa meninggalkan banyak hal yang harus diselesaikan bersama. Setelah peristiwa itu warga Aceh beramai-ramai mengungsikan diri, mencari tempat yang dirasa aman. Berusaha menatap masa depan dengan tegak, walau jelas peristiwa dahsyat ini akan sulit dilupakan dan hal ini bisa berpengaruh pada perkembangan psikis mereka.

Salah satu gangguan psikis yang timbul akibat dahsyatnya suatu perisiwa dikenal dengan istilah stres pasca trauma. Stres pasca trauma termasuk dalam kelompok penyakit di bidang psikiatri. Istilah ini baru dikenal sekitar dua puluh tahun yang lalu, yaitu tahun 70-an dan memasuki awal tahun 80-an dan telah diketahui bahwa laki-laki mempunyai risiko mendapatkan stres pasca trauma lebih tinggi dibandingkan perempuan.

Seseorang digolongkan mengalami stres pasca trauma jika orang yang bersangkutan mengalami kejadian yang amat luar biasa menyedihkan, memilukan maupun menyakitkan. Selain itu juga menunjukkan gejala-gejala tertentu melalui tingkah laku sehari-hari. Sering teringat kejadian yang dialaminya. Mengingat perasaan saat mengalami kejadian tersebut. Mengalami mimpi buruk serta ketegangan fisik seperti mudah terkejut, tegang, sulit tidur, selera makan berubah, susah konsentrasi dan tingkah laku yang berubah seperti agresif dan susah diatur.

Keadaan ini timbul sebagain respons yang berkepanjangan dan/atau tertunda terhadap kejadian atau situasi yang menimbulkan stres yang bersifat sangat dahsyat. Seperti peristiwa tsunami dan gempa yang melanda Aceh, diberlakukannya darurat sipil di Aceh, konflik di Maluku, Poso dan sejumlah daerah lainnya. Selain itu, kecelakaan berat, menyaksikan kematian yang mengerikan, menjadi korban penyiksaan dan perkosaan meninggalkan sejumlah kasus stres pasca trauma. Trauma karena konflik ini menimbulkan luka batin akibat kehilangan harta benda, orang yang dikasihi, teman-teman dan kehilangan rasa aman.

Pada umumnya, gejala timbul setelah kejadian, dengan masa laten berkisar antara beberapa minggu sampai beberapa bulan, jarang yang melampaui 6 bulan. Ia menampilkan sejumlah gejala yang khas, menyangkut episode pengulangan kembali bayangan kejadian traumatik tersebut (flashback). Atau, dalam mimpi terjadi dengan latar belakang yang menetap. Gejala awal stres bisa ditelusuri mulai dari kerap bengong, perhatian menyempit, kesadaran menurun, hingga kurang peka terhadap rangsangan dan atas apa yang tengah dilihat. Selain itu, dapat juga ditemukan penderita dengan perasaan beku disertai penumpulan emosi, menjauhi orang lain, anhedonia (hilangnya semangat menikmati kesenangan hidup), serta menghindari aktivitas dan situasi yang berhubungan dengan traumanya. Peristiwa traumatik juga dapat membentuk sikap atau persepsi mereka mengenai sesuatu.

Pengaruhnya bagi orang per orang memang tidak sama, tapi semakin dekat pertalian atau keterlibatan emosional dengan korban biasanya akan membuat rasa kehilangan dan beban stres semakin berat. Masa-masa yang terberat adalah beberapa minggu setelah kejadian. Ketika rekan, handai taulan atau sanak saudara masih mendampingi, penderita mungkin terkesan tabah dan kuat. Namun ketika satu-persatu pergi tak jarang membuat penderita berkeinginan untuk menyusul korban.

Penanggulangannya sebenarnya tak sulit. Semua pihak, dokter, psikiater hingga pemuka agama, saling bahu membahu. Kuncinya, jangan biarkan penderita dalam kesendirian. Utamanya, lakukan pendekatan empati dan dengarkan secara cermat cerita penderita tentang dirinya dan korban. Penting juga diperhatikan untuk menjauhkan penderita dari sumber stres, misalnya tempat kejadian atau benda-benda yang bisa mengingatkan kembali akan peristiwanya.
Penanggulangan yang efektif adalah psikoterapi atau terapi psikologi dengan cara mengajak melihat diri sendiri, memahami konflik dan mengajaknya kembali ke alam realitas.

-dari berbagai sumber-

..lagi dapet tugas bikin artikel, sekalian aja diposting disini :), nyoba2 posting tulisan yang ada ilmunya dikit :D

No comments:

Iri

Ingin rasanya berada bersisian, berdampingan dengan teman-teman di lapangan yang sedang berjibaku tak kenal henti. Mereka diberi kesempa...