Saturday, 20 November 2004

h+7

Seperti turun dari gunung. Bengong. Bukan karena melihat gemerlap kota dan banyaknya polusi. Tapi lebih banyak bengong karena melihat perubahan diri sendiri. Dulu sepertinya ia tak begini. Cara berbicara, gerak-gerik, semua menjadi tak sama. Ada apa?
Entah. Sehari dua hari, masih dirindukannya suasana damai disana. Tapi seminggu, dua minggu kemudian ia berlomba, tak mau kalah, tak ingin ketinggalan. “Ini kemajuan jaman bung”, ujarnya. Tapi kala sendiri ia termenung kembali. Mengapa? mengapa ia ikuti semua yang membuatnya lupa. Ingin mendapat tempat di hati mereka? Ingin diingat oleh setiap orang? Atau ingin meninggalkan kesan yang mendalam hingga kemudian didapatkannya semua gemerlap ini? Kalau sudah seperti ini ia menyesal turun dari gunung. Lantas waktu dihabiskannya dalam diam.

Dulu, temannya berkata: “turunlah kesana, kelak kau kan tahu seperti apa dirimu”. Dan benar, ia jadi tahu seperti apa rupanya. Banyak sekali topeng yang ia kenakan di bawah sini. Berganti tiap harinya. Bermain dalam tiap peran yang ia lakoni.

Dan malam ini, ia terduduk dalam kepasrahan. Diingatnya semua. Tentang ia, dulu dan sekarang. Tentang semua perjalanan diri.

Yang ia tahu kini bahwa tiap detik adalah tahapan yang harus ia lalui dalam kesabaran. Ya kesabaran! Kesabaran menghadapi semua yang memikatnya dalam semu. Kesabaran mengingat kembali tujuan semula. Dan yang terpenting adalah kesabaran untuk melalui tangga-tangga perbaikan menuju muslim kaffah. Bukan hitungan detik yang kan mengubahnya menjadi hamba yang senantiasa ingat Tuhannya, tapi pernik kehidupan yang kan memolesnya indah. Esok mungkin kan ada kecewa dan sedih saat bercermin. Kecewa atas amalan diri dan amalan hati. Maka bersabarlah atas semuanya, bersabar atas dirinya sendiri. Dan kemudian bergeraklah dalam kesabaran.

Semoga yang hadir esok adalah buah kesabaran, cinta-Nya.

Di sepenggal akhir malamnya, ia tersenyum, bersyukur atas kesempatan turun gunung yang Allah beri, yang mengajarkannya atas satu makna kehidupan: kesabaran.

--> dan jadikanlah sholat dan sabar sebagai penolongmu

1 comment:

imponk said...

yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusu'

Iri

Ingin rasanya berada bersisian, berdampingan dengan teman-teman di lapangan yang sedang berjibaku tak kenal henti. Mereka diberi kesempa...