mentari bilang dia ingin ikut aku menyusuri malam. merasakan dinginnya. mentari seperti hendak bersimpati pada keadaanku, tapi kurasa dia juga angkuh hingga ingin memamerkan kekuatannya meski bulan hendak sejenak saja meminjam cahayanya.
mentari bilang kadang dia sepi bila manusia berbondong-bondong menutup pintu rumah dan membiarkan bulan bersenandung nina bobo dan melelapkan tidur mereka. mentari suka sekali keramaian, atau mungkin ia menyukai kegaduhan pagi hari. saat dapur-dapur rumah mengebul, saat kendaraan mulai dihidupkan, saat sinarnya mulai memasuki relung-relung kamar dari balik celah jendela. mentari sangat suka keadaan itu, ia pikir ia sangat dibutuhkan. aku pikir mentari sangat kesepian.
entah apa sebabnya tengah hari mentari selalu saja berikan bumi cahaya terpanasnya.mungkin itu adalah puncak keangkuhannya sebelum ia meredup dan merelakan bulan meminjam cahayanya. entahlah, tapi mentari tak ingin memberi jawab. ia hanya inginkan sepi yang pergi. ia tak ingin sendiri. mentari tak pernah ingin sendiri. mungkin karena itu ia beri cahaya terpanasnya. untuk membuat semua orang berpaling dan mengingatnya. tapi mentari salah, ia hanya membuat tiap orang ingin bersembunyi di balik rumah dan ruang-ruang nyaman.
mentari tak bisa mengerti, ia tak pernah bisa mengartikan. mentari tak pernah tahu, bahwa saat bulan meninabobokan, saat dingin menusuk badan, mentari selalu dirindukan oleh tiap-tiap yang terlelap. mentari selalu dinanti kehangatannya. kehangatan mentari esok pagi.
mentari, tahukah dirimu bahwa kamu tak pernah benar-benar sendiri...
No comments:
Post a Comment