bandung dan hujan kini sedang akrab-akrabnya. bayangkan, hampir tiap sore hujan menemani bandung. bandung jadi dingin lagi, sayangnya hujan yang sebentar saja, sudah cukup membuat bandung jadi tak indah.
genangan air dari selokan-selokan mampet, ditambah sampah-sampah yang berserakan..
duh kangen ma harum rumput dan wangi tanah sesudah hujan
..jadi inget kisah mereka yang tertimbun sampah :( :(
buang sampah pada tempatnya ya bapak-bapak, ibu-ibu, kalo ga nemu tempat sampah kantongin dulu ya sampahnya
berita terkini, walau dah rada lama beritanya: di bandung dah ada 3 apartemen, 2 dah jadi, satu lagi di bangun :( :( --jembatan layang dah hampir jadi, walau ga jelas jadinya kapan, dan jalan satu arah makin banyak di bandung, ti ati yang ke bandung, jangan salah jalan!!
Friday, 25 February 2005
Monday, 21 February 2005
jalan cahaya
mau kutunjukkan jalan cahaya?
disini, kita yang bersama menapakinya, kamu mau kan? kita bersama sampai ujung sana. cahaya di ujung sana.
buat mbakku yang cerewet :D
salah dink, dari mbakku yang kadang2 ga cerewet :D, tapi tetep shalehah insya Allah :)
disini, kita yang bersama menapakinya, kamu mau kan? kita bersama sampai ujung sana. cahaya di ujung sana.
buat mbakku yang cerewet :D
salah dink, dari mbakku yang kadang2 ga cerewet :D, tapi tetep shalehah insya Allah :)
Friday, 18 February 2005
berikan dukungan
bumi ini milik Allah, bukan milik mereka yang denyut jantungnya pun tak bisa mereka kendalikan sendiri..
Pemakaian Jilbab di STIS Jakarta
Sekarang Jilbab Kecil, Besok Tak Pakai Jilbab?
republika.co.id-Mahasiswi hanya boleh memakai jilbab kecil yang tak menutupi dada. Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS) Jakarta, memperketat aturan berjilbab bagi para mahasiswinya. Para mahasiswi tingkat I khususnya hanya diperkenankan mengenakan jilbab berukuran kecil, yang tak menutup bagian dada mereka. Mereka yang tak menghiraukan aturan itu terancam dikeluarkan dari perguruan tinggi yang terletak di Jakarta Timur itu. Menurut Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) STIS, Istato Hudayana, sebenarnya pihak STIS sebelumnya memberikan dua alternatif penggunaan jilbab di kampus. ''Ini tertuang dalam SK Ketua STIS tahun 2001 mengenai penggunaan jilbab. Ada dua alternatif jilbab yang bisa dikenakan oleh mahasiswi STIS yaitu berukuran besar dan kecil,,'' katanya di Jakarta, pekan lalu. Kala itu sebagian besar mahasiswi banyak yang memilih jilbab berukuran besar. Mereka beralasan jilbab tersebut sesuai syariat karena menutup bagian dada mereka. Namun pada September 2004 pihak STIS melakukan perubahan aturan berjilbab. Dua alternatif pemakaian jilbab yang telah ada di SK Ketua STIS pada 2001 diubah menjadi hanya satu alternatif. Para mahasiswi hanya diperkenankan mengenakan jilbab berukuran kecil yang hanya menutup bagian leher mereka. Perubahan aturan ini dilakukan dengan alasan supaya ada keseragaman. Peraturan ini terutama ditujukan kepada mahasiswi tingkat I. ''Perubahan yang ditetapkan tidak melibatkan kami sebagai mahasiswa. Sehingga kami menganggap hal ini menghambat teman-teman menjalankan keyakinannya,'' katanya. Karena aturan tersebut dianggap tak sesuai keyakinan, para mahasiswi tingkat I banyak yang tetap menggunakan jilbab berukuran besar. Sedangkan pihak STIS tetap berpendirian pada aturan yang telah mereka tetapkan. Pada Selasa (8/2) lalu, kata Istato, sebanyak 39 mahasiswi tingkat I yang masih mengenakan jilbab besar dikumpulkan dalam sebuah apel untuk mendapatkan peringatan. Hal ini memancing reaksi mahasiswa lainnya dan mendesak pihak STIS mencabut aturan yang ada. Pada hari itu juga Ketua STIS dan senat serta mahasiswa melakukan dialog di auditorium STIS. Namun dialog itu, tambahnya, tak menghasilkan titik temu. Pada Jumat (11/2) dialog juga mestinya dilakukan kembali namun pihak STIS dengan beragam alasan membatalkan dialog . ''Belum adanya keputusan final membuat saya khawatir teman-teman tingkat I yang masih mengenakan jilbab besar akan terhambat mengikuti ujian semester pada 21 Februari 2005 nanti,'' katanya. Ketua STIS, Satwiko Darmesto, mengakui bahwa pihaknya melakukan perubahan peraturan dalam berjilbab. ''Para mahasiswa berjilbab harus mengenakan jilbab berukuran kecil. Ini agar terlihat seragam. Kalau dibiarkan ada yang menggunakan jilbab besar dan kecil, kan terlihat tak bagus,'' katanya.
---Yuk, rapatkan barisan dan berikan dukungan bagi mahasiswi STIS Jakarta yang mau bener-bener menerapkan syariat Islam. Klik di sini ROHIS STIS JAKARTA --tadi dah dicoba, tapi lom bisa diklik linknya, dah nanya pak arul, moga bisa d---
copy paste dari postingan pak arul
Pemakaian Jilbab di STIS Jakarta
Sekarang Jilbab Kecil, Besok Tak Pakai Jilbab?
republika.co.id-Mahasiswi hanya boleh memakai jilbab kecil yang tak menutupi dada. Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS) Jakarta, memperketat aturan berjilbab bagi para mahasiswinya. Para mahasiswi tingkat I khususnya hanya diperkenankan mengenakan jilbab berukuran kecil, yang tak menutup bagian dada mereka. Mereka yang tak menghiraukan aturan itu terancam dikeluarkan dari perguruan tinggi yang terletak di Jakarta Timur itu. Menurut Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) STIS, Istato Hudayana, sebenarnya pihak STIS sebelumnya memberikan dua alternatif penggunaan jilbab di kampus. ''Ini tertuang dalam SK Ketua STIS tahun 2001 mengenai penggunaan jilbab. Ada dua alternatif jilbab yang bisa dikenakan oleh mahasiswi STIS yaitu berukuran besar dan kecil,,'' katanya di Jakarta, pekan lalu. Kala itu sebagian besar mahasiswi banyak yang memilih jilbab berukuran besar. Mereka beralasan jilbab tersebut sesuai syariat karena menutup bagian dada mereka. Namun pada September 2004 pihak STIS melakukan perubahan aturan berjilbab. Dua alternatif pemakaian jilbab yang telah ada di SK Ketua STIS pada 2001 diubah menjadi hanya satu alternatif. Para mahasiswi hanya diperkenankan mengenakan jilbab berukuran kecil yang hanya menutup bagian leher mereka. Perubahan aturan ini dilakukan dengan alasan supaya ada keseragaman. Peraturan ini terutama ditujukan kepada mahasiswi tingkat I. ''Perubahan yang ditetapkan tidak melibatkan kami sebagai mahasiswa. Sehingga kami menganggap hal ini menghambat teman-teman menjalankan keyakinannya,'' katanya. Karena aturan tersebut dianggap tak sesuai keyakinan, para mahasiswi tingkat I banyak yang tetap menggunakan jilbab berukuran besar. Sedangkan pihak STIS tetap berpendirian pada aturan yang telah mereka tetapkan. Pada Selasa (8/2) lalu, kata Istato, sebanyak 39 mahasiswi tingkat I yang masih mengenakan jilbab besar dikumpulkan dalam sebuah apel untuk mendapatkan peringatan. Hal ini memancing reaksi mahasiswa lainnya dan mendesak pihak STIS mencabut aturan yang ada. Pada hari itu juga Ketua STIS dan senat serta mahasiswa melakukan dialog di auditorium STIS. Namun dialog itu, tambahnya, tak menghasilkan titik temu. Pada Jumat (11/2) dialog juga mestinya dilakukan kembali namun pihak STIS dengan beragam alasan membatalkan dialog . ''Belum adanya keputusan final membuat saya khawatir teman-teman tingkat I yang masih mengenakan jilbab besar akan terhambat mengikuti ujian semester pada 21 Februari 2005 nanti,'' katanya. Ketua STIS, Satwiko Darmesto, mengakui bahwa pihaknya melakukan perubahan peraturan dalam berjilbab. ''Para mahasiswa berjilbab harus mengenakan jilbab berukuran kecil. Ini agar terlihat seragam. Kalau dibiarkan ada yang menggunakan jilbab besar dan kecil, kan terlihat tak bagus,'' katanya.
---Yuk, rapatkan barisan dan berikan dukungan bagi mahasiswi STIS Jakarta yang mau bener-bener menerapkan syariat Islam. Klik di sini ROHIS STIS JAKARTA --tadi dah dicoba, tapi lom bisa diklik linknya, dah nanya pak arul, moga bisa d---
copy paste dari postingan pak arul
Thursday, 17 February 2005
kaki baruku
dari sini, dari balik jendela ini, tawa mereka selalu aku cemburui, kaki-kaki mereka yang menjejak ke tanah, merasakan basahnya lumpur dan percikan hujan, selalu membuatku iri. tapi itu tak lama, karena mereka harus kembali ke rumah jika mentari hendak pamit pada bumi. saat itu, aku kembali melihat kakiku, dimana dia? kenapa aku tak bisa merasakan dinginnya lantai ini?
***
sore yang sama dengan kemarin. satu.. dua.. tiga, mana dua orang lagi? mereka selalu bersama-sama berlima menghabiskan senja. oo, itu mereka, sedang tergopoh-gopoh berlari. sejenak mereka bersama lagi. lucu, raut wajah yang sedang menunggu itu tadinya cemberut, masam, tak enak lah untuk diamati. tapi begitu melihat kedua temannya tergopoh-gopoh datang dan membawa bola, dalam sekejap saja rona cerah terhias. lalu, mereka kembali bermain dengan lumpur dan percikan hujan. dan aku adalah penonton setianya.
***
sudah lewat 15 menit dari jadwal main bola mereka. tapi tak juga ada tanda-tanda hadirnya. kali ini aku memberanikan diri, mengarahkan kursi rodaku keluar, ke teras hanya untuk melihat ke ujung jalan apa mereka sedang berunding disana. tapi kosong. hanya ada jalan yang melompong sepi. kemana mereka?
***
sehari, dua hari, seminggu. sepi. aku merindukan mereka, merindukannya untuk bersama menghabiskan senja. dimana mereka? padahal aku ingin memamerkan pada mereka, kalau akupun bisa bermain disana. menjejak ke tanah dan menapaki lapangan itu. walau aku tetap tak bisa merasakan basahnya lumpur, percikan air, ataupun dinginnya lantai. aku kini berdiri di atas kaki baruku.
***
sore yang sama dengan kemarin. satu.. dua.. tiga, mana dua orang lagi? mereka selalu bersama-sama berlima menghabiskan senja. oo, itu mereka, sedang tergopoh-gopoh berlari. sejenak mereka bersama lagi. lucu, raut wajah yang sedang menunggu itu tadinya cemberut, masam, tak enak lah untuk diamati. tapi begitu melihat kedua temannya tergopoh-gopoh datang dan membawa bola, dalam sekejap saja rona cerah terhias. lalu, mereka kembali bermain dengan lumpur dan percikan hujan. dan aku adalah penonton setianya.
***
sudah lewat 15 menit dari jadwal main bola mereka. tapi tak juga ada tanda-tanda hadirnya. kali ini aku memberanikan diri, mengarahkan kursi rodaku keluar, ke teras hanya untuk melihat ke ujung jalan apa mereka sedang berunding disana. tapi kosong. hanya ada jalan yang melompong sepi. kemana mereka?
***
sehari, dua hari, seminggu. sepi. aku merindukan mereka, merindukannya untuk bersama menghabiskan senja. dimana mereka? padahal aku ingin memamerkan pada mereka, kalau akupun bisa bermain disana. menjejak ke tanah dan menapaki lapangan itu. walau aku tetap tak bisa merasakan basahnya lumpur, percikan air, ataupun dinginnya lantai. aku kini berdiri di atas kaki baruku.
Wednesday, 16 February 2005
Sunday, 13 February 2005
Monday, 7 February 2005
ke laut dulu :)
mari, mari, mau kelaut dulu..
jadi blog ini untuk sementara waktu tak diapdet dulu..
mari..
gambar diambil dari sini
Saturday, 5 February 2005
menitip mimpi
kenapa menitip mimpi pada angan seseorang?
kenapa tak mencoba membentuk langit sendiri dan merajai masa di dalamnya?
kenapa tak mencoba membentuk langit sendiri dan merajai masa di dalamnya?
Wednesday, 2 February 2005
gempa
tadi bandung gempa. sekitar jam 1 siang. lagi di ruang komputer, tiba-tiba jendelanya bunyi --maklum bangunan tua--, pas nengok ke temen sebelah, dia goyang-goyang begitu. dan setelah itu baru nyadar: ini gempa!. ga lama. beberapa detik, dan sepertinya ga nyampe 1 menit --atau nyampe ya? ga tau--.
abis itu, pindah ke ruang ketik-ketik, teriak : woi gempa lo.., eh mereka pada ga nyadar. soalnya di ruangan itu rame pisan. semua pada sibuk ketak-ketik. tapi pas nengok keluar ada tanaman hias yang digantung di lorong goyang kiri-goyang kanan. ternyata masih ada efek gempanya. subhanallah. sedang ada apa dengan bumi ya?
abis itu, pindah ke ruang ketik-ketik, teriak : woi gempa lo.., eh mereka pada ga nyadar. soalnya di ruangan itu rame pisan. semua pada sibuk ketak-ketik. tapi pas nengok keluar ada tanaman hias yang digantung di lorong goyang kiri-goyang kanan. ternyata masih ada efek gempanya. subhanallah. sedang ada apa dengan bumi ya?
Tuesday, 1 February 2005
suka :) :) :)
selalu menyukai caraNya melukiskan seluruh warna. selalu menyukai caraNya memainkan setiap nada. selalu menyukai caraNya menyusun kata.
--untuk semua yang disana.. berharap dalam tiap bait, dalam tiap irama, dalam tiap indahnya selalu ada kepingan yang tersusun dalam keutuhan cinta pada-Nya.
--untuk semua yang disana.. berharap dalam tiap bait, dalam tiap irama, dalam tiap indahnya selalu ada kepingan yang tersusun dalam keutuhan cinta pada-Nya.
Subscribe to:
Posts (Atom)
Iri
Ingin rasanya berada bersisian, berdampingan dengan teman-teman di lapangan yang sedang berjibaku tak kenal henti. Mereka diberi kesempa...