Friday 8 October 2004

sahabat

Aku mengenal seseorang, yang saat diamnya menjadi tanyaku dan bahasanya menjadi renunganku...

Suatu kali dia berangan:
Jika Allah kelak memberi kesempatan bagiku untuk mempunyai seorang anak laki-laki maka akan kunamai ia Abdullah Azzam, agar keberanian dan keshalihannya seperti sang syuhada.

Ketika Dr. Hidayat Nurwahid mendapatkan amanah sebagai ketua MPR, ia bergumam:
Masa tidur telah habis, malu jika sampai saat ini kita belum memberikan kontribusi apapun untuk dakwah.

Saat sepertiga malam menjelang, ia berkata:
Tahu tidak apa yang membahagiakanku saat ini? Yang paling membahagiakanku adalah ketika mengetahui bahwa apa yang kulakukan adalah sama dengan apa yang mereka lakukan. Ratusan tahun silam, Rasul dan para sahabat juga bangun di sepertiga malam, seperti kita saat ini. Maka mengapa menunda mengamalkan ajaran dan sunnahnya. Jikalau kita tidak berkesempatan hidup sejaman dengan kekasih Allah, maka biarkan rasa itu yang hadir menemani kita memupuk kerinduan untuk menemui-Nya kelak.

Dan siang ini, ia hanya bisa memapah seorang ibu sambil sibuk menahan air matanya yang mulai tak terbendung. Ia hanya bisa mengadu:
Inikah? Baru inikah yang bisa aku lakukan? Astagfirullah. Bagaimana aku memohon untuk bisa memperoleh rumah di surga, jika dunia masih saja menjadi pertimbanganku.

.. masih seperti itu, diamnya menjadi tanyaku dan bahasanya menjadi renunganku.

2 comments:

Anonymous said...

jangan hanya direnungi, tapi dipraktekkan donk :)

mitatea said...

subhanallah, siapa tuh? g kenal ga? :)

Iri

Ingin rasanya berada bersisian, berdampingan dengan teman-teman di lapangan yang sedang berjibaku tak kenal henti. Mereka diberi kesempa...