Thursday 28 October 2004

kotak kayu

Menyimpan rasa dalam sekotak kayu yang tertutup rapat, terkunci dan diletakkan di pojok sana. Berdebu. Gemboknya sedikit demi sedikit mulai berkarat.
Hari ini ia temukan kuncinya. Disingkirkannya perlahan serpihan kayu lapuk diatasnya. Sejenak udara dihadapan berbaur dalam sinar dan tiupan debu. Lembab. Walau kilauan mentari masih berani memunculkan dirinya melalui celah kecil di sudut atas pintu.
Ia menghela nafas sejenak. Sudah lama ia tidak menjejakkan kakinya di tempat ini. Menelikungi jengkal demi jengkal luasnya. Menghirup kembali hembusan bernama kenangan. Semua itu membuatnya sesak.
Harus. Ia harus memulainya. Setidaknya memberanikan diri menyadari tempat ini dan menghadirkannya dalam hari-hari yang ia lalui. Kemudian mengukur seberapa besar kesanggupannya meniadakan kisah bernama masa lalu.
Helaan nafasnya terdengar lagi. Kali ini tangannya meraih jendela, membukanya dan membiarkan semilir angin memenuhi ruangan, menghanyutkan dirinya dalam buaian asa. Kini ia bisa mengamati seluruh ruangan dengan jelas. Sepi. Hanya kotak kayu itu yang teronggok di sana. Dan hanya karena itulah seluruh tempat ini dibiarkan dalam kebisuan.
Pandangannya terhenti ketika matanya menangkap sederet kata terukir di sisi depan kotak itu: “karena semua kan berkesudahan, dalam sepenggal cerita atau keabadian”.
Matanya terpejam. Lama. Hingga bulir-bulir air menghiasnya. Ia biarkan dirinya terisak kecil dalam kesunyian. Sejenak ada pinta disana.
Cukuplah semua ini. Hingga tiada lagi ruang berkotak kayu.

No comments:

Iri

Ingin rasanya berada bersisian, berdampingan dengan teman-teman di lapangan yang sedang berjibaku tak kenal henti. Mereka diberi kesempa...