Berdiri di pantai barat. Memandangi senja yang terpantul indah di birunya lautan. Sendiri, berkejaran dalam kecamuk rasa.
Dulu ada yang setia bersamanya. Dalam hangatnya pagi dan pekatnya malam.
Disusurinya pasir-pasir berkilau. Senyum yang hadir bercerita bagaimana indahnya ketika semua dilalui bersama. Ia hempaskan tubuhnya di antara kedua kokoh kelapa. Tempat favorit mereka ketika semua dicelotehkan dalam gelak tawa, debat sengit dan dalam diam saat terpesona gerakan mentari.
Perlahan beku yang mulai menemani. Saat ia tak mampu mengerti mengapa tercipta dalam sekat. Semua dipertanyakan hingga perlahan menjauh dan memudar. Kini hanya bayangan yang hadir menemani senja hari ini.
Mungkinkah kita bukan teman?
Friday, 29 October 2004
Thursday, 28 October 2004
kotak kayu
Menyimpan rasa dalam sekotak kayu yang tertutup rapat, terkunci dan diletakkan di pojok sana. Berdebu. Gemboknya sedikit demi sedikit mulai berkarat.
Hari ini ia temukan kuncinya. Disingkirkannya perlahan serpihan kayu lapuk diatasnya. Sejenak udara dihadapan berbaur dalam sinar dan tiupan debu. Lembab. Walau kilauan mentari masih berani memunculkan dirinya melalui celah kecil di sudut atas pintu.
Ia menghela nafas sejenak. Sudah lama ia tidak menjejakkan kakinya di tempat ini. Menelikungi jengkal demi jengkal luasnya. Menghirup kembali hembusan bernama kenangan. Semua itu membuatnya sesak.
Harus. Ia harus memulainya. Setidaknya memberanikan diri menyadari tempat ini dan menghadirkannya dalam hari-hari yang ia lalui. Kemudian mengukur seberapa besar kesanggupannya meniadakan kisah bernama masa lalu.
Helaan nafasnya terdengar lagi. Kali ini tangannya meraih jendela, membukanya dan membiarkan semilir angin memenuhi ruangan, menghanyutkan dirinya dalam buaian asa. Kini ia bisa mengamati seluruh ruangan dengan jelas. Sepi. Hanya kotak kayu itu yang teronggok di sana. Dan hanya karena itulah seluruh tempat ini dibiarkan dalam kebisuan.
Pandangannya terhenti ketika matanya menangkap sederet kata terukir di sisi depan kotak itu: “karena semua kan berkesudahan, dalam sepenggal cerita atau keabadian”.
Matanya terpejam. Lama. Hingga bulir-bulir air menghiasnya. Ia biarkan dirinya terisak kecil dalam kesunyian. Sejenak ada pinta disana.
Cukuplah semua ini. Hingga tiada lagi ruang berkotak kayu.
Hari ini ia temukan kuncinya. Disingkirkannya perlahan serpihan kayu lapuk diatasnya. Sejenak udara dihadapan berbaur dalam sinar dan tiupan debu. Lembab. Walau kilauan mentari masih berani memunculkan dirinya melalui celah kecil di sudut atas pintu.
Ia menghela nafas sejenak. Sudah lama ia tidak menjejakkan kakinya di tempat ini. Menelikungi jengkal demi jengkal luasnya. Menghirup kembali hembusan bernama kenangan. Semua itu membuatnya sesak.
Harus. Ia harus memulainya. Setidaknya memberanikan diri menyadari tempat ini dan menghadirkannya dalam hari-hari yang ia lalui. Kemudian mengukur seberapa besar kesanggupannya meniadakan kisah bernama masa lalu.
Helaan nafasnya terdengar lagi. Kali ini tangannya meraih jendela, membukanya dan membiarkan semilir angin memenuhi ruangan, menghanyutkan dirinya dalam buaian asa. Kini ia bisa mengamati seluruh ruangan dengan jelas. Sepi. Hanya kotak kayu itu yang teronggok di sana. Dan hanya karena itulah seluruh tempat ini dibiarkan dalam kebisuan.
Pandangannya terhenti ketika matanya menangkap sederet kata terukir di sisi depan kotak itu: “karena semua kan berkesudahan, dalam sepenggal cerita atau keabadian”.
Matanya terpejam. Lama. Hingga bulir-bulir air menghiasnya. Ia biarkan dirinya terisak kecil dalam kesunyian. Sejenak ada pinta disana.
Cukuplah semua ini. Hingga tiada lagi ruang berkotak kayu.
menjadi biasa
tidak ada yang menarik untuk diperbincangkan
dalam suka, tawa ataupun gelisah
menjadi tanpa rasa dan hanya sekedarnya
secukupnya
hingga biasa
dalam suka, tawa ataupun gelisah
menjadi tanpa rasa dan hanya sekedarnya
secukupnya
hingga biasa
Monday, 25 October 2004
senyum
bagaimana bahagia datang tanpa terduga?
bukankah Dia yang selalu menyenangkan hati hamba-Nya dari arah mana saja
bukankah Dia yang selalu menyenangkan hati hamba-Nya dari arah mana saja
Sunday, 24 October 2004
jikalah pada akhirnya
jikalah derita akan menjadi masa lalu pada akhirnya
maka mengapa mesti dijalani dengan sepedih rasa
sedang ketegaran akan lebih indah dikenang nanti
jikalah kesedihan akan menjadi masa lalu pada akhirnya
maka mengapa tidak dinikmati saja
sedang ratap tangis tak akan mengubah apa-apa
jikalah luka dan kecewa akan menjadi masa lalu pada akhirnya
maka mengapa mesti dibiarkan meracuni jiwa
sedang ketabahan dan kesabaran adalah lebih utama
jikalah kebencian dan kemarahan akan menjadi masa lalu pada akhirnya
maka mengapa mesti diumbar sepuas jiwa
sedang menahan diri adalah lebih berpahala
jikalah kesalahan akan menjadi masa lalu pada akhirnya
maka mengapa mesti tenggelam di dalamnya
sedang taubat itu lebih utama
jikalah harta akan menjadi masa lalu pada akhirnya
maka mengapa mesti ingin dikukuhi sendiri
sedang kedermawanan justru akan melipatgandakannya
jikalah kepandaian akan menjadi masa lalu pada akhirnya
maka mengapa mesti membusung dada dan mebuat kerusakan di dunia
sedang dengannya manusia diminta memimpin dunia dengan sejahtera
jikalah cinta akan menjadi masa lalu pada akhirnya
maka mengapa mesti ingin memiliki dan selalu bersama
sedang memberi akan lebih banyak menuai arti
jikalah bahagia akan menjadi masa lalu pada akhirnya
maka mengapa mesti dirasakan sendiri
sedang berbagi akan membuatnya lebih bermakna
jikalah hidup akan menjadi masa lalu pada akhirnya
maka mengapa mesti diisi dengan kesia-siaan belaka
sedang begitu banyak kebaikan bisa dicipta
-->dari kamus 2000, dikasih ma mita ^^
maka mengapa mesti dijalani dengan sepedih rasa
sedang ketegaran akan lebih indah dikenang nanti
jikalah kesedihan akan menjadi masa lalu pada akhirnya
maka mengapa tidak dinikmati saja
sedang ratap tangis tak akan mengubah apa-apa
jikalah luka dan kecewa akan menjadi masa lalu pada akhirnya
maka mengapa mesti dibiarkan meracuni jiwa
sedang ketabahan dan kesabaran adalah lebih utama
jikalah kebencian dan kemarahan akan menjadi masa lalu pada akhirnya
maka mengapa mesti diumbar sepuas jiwa
sedang menahan diri adalah lebih berpahala
jikalah kesalahan akan menjadi masa lalu pada akhirnya
maka mengapa mesti tenggelam di dalamnya
sedang taubat itu lebih utama
jikalah harta akan menjadi masa lalu pada akhirnya
maka mengapa mesti ingin dikukuhi sendiri
sedang kedermawanan justru akan melipatgandakannya
jikalah kepandaian akan menjadi masa lalu pada akhirnya
maka mengapa mesti membusung dada dan mebuat kerusakan di dunia
sedang dengannya manusia diminta memimpin dunia dengan sejahtera
jikalah cinta akan menjadi masa lalu pada akhirnya
maka mengapa mesti ingin memiliki dan selalu bersama
sedang memberi akan lebih banyak menuai arti
jikalah bahagia akan menjadi masa lalu pada akhirnya
maka mengapa mesti dirasakan sendiri
sedang berbagi akan membuatnya lebih bermakna
jikalah hidup akan menjadi masa lalu pada akhirnya
maka mengapa mesti diisi dengan kesia-siaan belaka
sedang begitu banyak kebaikan bisa dicipta
-->dari kamus 2000, dikasih ma mita ^^
Friday, 22 October 2004
..
Jangan pernah terpenjara dalam kotak yang terciptakan sendiri. Tengoklah sejenak keluar sana, tidak aman mungkin, tapi memberi banyak arti tentang bagaimana seharusnya semua disikapi.
Jangan berhenti dalam suatu persinggahan. Beranjaklah sesekali, amati, cukupkah semua yang telah terlalui?
--> untuk semua yang mempesona hari ini, makasih
Jangan berhenti dalam suatu persinggahan. Beranjaklah sesekali, amati, cukupkah semua yang telah terlalui?
--> untuk semua yang mempesona hari ini, makasih
Thursday, 14 October 2004
jelang Ramadhan
"Hai orang-orang beriman, telah diwajibkan atas kalian puasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertakwa. (QS.2:183)"
Puasa dapat mempersiapkan orang menuju derajat takwa dan naik ke kedudukan orang-orang muttaqin.
Ibnul Qayim berkata: puasa memiliki pengaruh yang menakjubkan dalam memelihara fisik, memelihara kekuatan batin, dan mecegah bercampuraduknya berbagai bahan makanan yang merusak kesehatan. Puasa memelihara kesehatan hati dan anggota badan, serta mengembalikan lagi hal-hal yang telah dirampas oleh tangan-tangan nafsu syahwat. Ia adalah sebesar-besar pertolongan Allah untuk membangun takwa.
Puasa Ramadhan adalah madrasah mutamaziyah (sekolah istimewa) yang dibuka oleh Islam setiap tahun untuk proses pendidikan praktis menanamkan seagung-agung nilai dan setinggi-tinggi hakikat. Barang siapa memasukinya, menjalin hubungan dengan Tuhannya di sana, mengerjakan puasa yang baik sebagaimana diperintahkan, lalu menjalankan qiyamullail sebagaimana yang disyariatkan Rasulullah SAW., ia telah berhasil menempuh ujian dan keluar dari musim ujian ini dengan mendapatkan keuntungan yang besar dan penuh berkah. Keuntungan apalagi yang lebih besar daripada menerima ampunan dan diselamatkan dari api neraka?*)
--> mohon maaf atas segala khilaf, semoga kita berkesempatan menikmati indahnya Ramadhan dalam untaian ibadah dan ikhlas, dan semoga Allah berkenan menjadikan kita hamba-hamba pilihan-Nya
*) Fiqih Puasa, Dr. Yusuf Qardhawi
Puasa dapat mempersiapkan orang menuju derajat takwa dan naik ke kedudukan orang-orang muttaqin.
Ibnul Qayim berkata: puasa memiliki pengaruh yang menakjubkan dalam memelihara fisik, memelihara kekuatan batin, dan mecegah bercampuraduknya berbagai bahan makanan yang merusak kesehatan. Puasa memelihara kesehatan hati dan anggota badan, serta mengembalikan lagi hal-hal yang telah dirampas oleh tangan-tangan nafsu syahwat. Ia adalah sebesar-besar pertolongan Allah untuk membangun takwa.
Puasa Ramadhan adalah madrasah mutamaziyah (sekolah istimewa) yang dibuka oleh Islam setiap tahun untuk proses pendidikan praktis menanamkan seagung-agung nilai dan setinggi-tinggi hakikat. Barang siapa memasukinya, menjalin hubungan dengan Tuhannya di sana, mengerjakan puasa yang baik sebagaimana diperintahkan, lalu menjalankan qiyamullail sebagaimana yang disyariatkan Rasulullah SAW., ia telah berhasil menempuh ujian dan keluar dari musim ujian ini dengan mendapatkan keuntungan yang besar dan penuh berkah. Keuntungan apalagi yang lebih besar daripada menerima ampunan dan diselamatkan dari api neraka?*)
--> mohon maaf atas segala khilaf, semoga kita berkesempatan menikmati indahnya Ramadhan dalam untaian ibadah dan ikhlas, dan semoga Allah berkenan menjadikan kita hamba-hamba pilihan-Nya
*) Fiqih Puasa, Dr. Yusuf Qardhawi
Friday, 8 October 2004
sahabat
Aku mengenal seseorang, yang saat diamnya menjadi tanyaku dan bahasanya menjadi renunganku...
Suatu kali dia berangan:
Jika Allah kelak memberi kesempatan bagiku untuk mempunyai seorang anak laki-laki maka akan kunamai ia Abdullah Azzam, agar keberanian dan keshalihannya seperti sang syuhada.
Ketika Dr. Hidayat Nurwahid mendapatkan amanah sebagai ketua MPR, ia bergumam:
Masa tidur telah habis, malu jika sampai saat ini kita belum memberikan kontribusi apapun untuk dakwah.
Saat sepertiga malam menjelang, ia berkata:
Tahu tidak apa yang membahagiakanku saat ini? Yang paling membahagiakanku adalah ketika mengetahui bahwa apa yang kulakukan adalah sama dengan apa yang mereka lakukan. Ratusan tahun silam, Rasul dan para sahabat juga bangun di sepertiga malam, seperti kita saat ini. Maka mengapa menunda mengamalkan ajaran dan sunnahnya. Jikalau kita tidak berkesempatan hidup sejaman dengan kekasih Allah, maka biarkan rasa itu yang hadir menemani kita memupuk kerinduan untuk menemui-Nya kelak.
Dan siang ini, ia hanya bisa memapah seorang ibu sambil sibuk menahan air matanya yang mulai tak terbendung. Ia hanya bisa mengadu:
Inikah? Baru inikah yang bisa aku lakukan? Astagfirullah. Bagaimana aku memohon untuk bisa memperoleh rumah di surga, jika dunia masih saja menjadi pertimbanganku.
.. masih seperti itu, diamnya menjadi tanyaku dan bahasanya menjadi renunganku.
Suatu kali dia berangan:
Jika Allah kelak memberi kesempatan bagiku untuk mempunyai seorang anak laki-laki maka akan kunamai ia Abdullah Azzam, agar keberanian dan keshalihannya seperti sang syuhada.
Ketika Dr. Hidayat Nurwahid mendapatkan amanah sebagai ketua MPR, ia bergumam:
Masa tidur telah habis, malu jika sampai saat ini kita belum memberikan kontribusi apapun untuk dakwah.
Saat sepertiga malam menjelang, ia berkata:
Tahu tidak apa yang membahagiakanku saat ini? Yang paling membahagiakanku adalah ketika mengetahui bahwa apa yang kulakukan adalah sama dengan apa yang mereka lakukan. Ratusan tahun silam, Rasul dan para sahabat juga bangun di sepertiga malam, seperti kita saat ini. Maka mengapa menunda mengamalkan ajaran dan sunnahnya. Jikalau kita tidak berkesempatan hidup sejaman dengan kekasih Allah, maka biarkan rasa itu yang hadir menemani kita memupuk kerinduan untuk menemui-Nya kelak.
Dan siang ini, ia hanya bisa memapah seorang ibu sambil sibuk menahan air matanya yang mulai tak terbendung. Ia hanya bisa mengadu:
Inikah? Baru inikah yang bisa aku lakukan? Astagfirullah. Bagaimana aku memohon untuk bisa memperoleh rumah di surga, jika dunia masih saja menjadi pertimbanganku.
.. masih seperti itu, diamnya menjadi tanyaku dan bahasanya menjadi renunganku.
Wednesday, 6 October 2004
Hidayat Nurwahid: Ketua MPR
Semut dapat membawa beban yang lebih berat dan lebih besar dari badannya. Kemampuan jari kita juga akan dapat mengangkat beban yang berat, sampai puluhan kilo, bila jari kita bergabung, bersinergi, dan saling menyatukan kekuatan.
Kita bukan semut, tetapi kita pernah dan akan membawa beban yang lebih besar dan lebih berat dari badan kita. Beban dakwah adalah bukan beban perorangan, tetapi beban kolektif. *)
*) Dari buku: Profil Kader Partai Keadilan Sejahtera.
Kita bukan semut, tetapi kita pernah dan akan membawa beban yang lebih besar dan lebih berat dari badan kita. Beban dakwah adalah bukan beban perorangan, tetapi beban kolektif. *)
*) Dari buku: Profil Kader Partai Keadilan Sejahtera.
Monday, 4 October 2004
mencoba bertahan
Seperti kisah abadi
Kucoba tuk bertahan dalam ruang bernama kesetiaan
Walau sungguh benar ini tak mudah
Kucoba tuk bertahan dalam ruang bernama kesetiaan
Walau sungguh benar ini tak mudah
Subscribe to:
Posts (Atom)
Iri
Ingin rasanya berada bersisian, berdampingan dengan teman-teman di lapangan yang sedang berjibaku tak kenal henti. Mereka diberi kesempa...