Tuesday 12 June 2007

Tales of The Otori

indonesia

Berbekal rasa kecewa dengan beberapa novel yang baru dibeli dan minat baca yang mulai menurun, akhirnya sekarang kalau liat dan pengen beli novel mikir2 dulu, tapi pas dapet pinjeman novel pertama dari trilogi novel klan Otori ga bisa deh berhenti baca dan pengen cepet minjem edisi berikutnya.
Across the Nightingale Floor, begitu judul novel pertama dari trilogi novel klan Otori ini. Novel yang mempunyai tebal sekitar 400 halaman ini menceritakan tentang diri Tomasu. Dengan cerita dalam penuturan sudut pandang orang pertama bergulirlah kisah hidup Tomasu, seorang Hidden yang kemudian berganti nama menjadi Otori Takeo, seorang bangsawan Otori dan jatuh cinta pada Kaede.
Terdengar biasa bukan? Yang istimewa adalah bakat Takeo: pendengaran yang tajam, kemampuan menghilangkan diri dan kemampuan untuk berada di dua tempat sekaligus.
Di tengah pecahnya perang antar Klan dan kejamnya pemerintahan Iida Sadamu maka bakat Takeo ini memegang peranan penting.
Otori Shigeru, ayah angkat Takeo, merencanakan agar Takeo dapat membunuh Iida Sadamu. Tak ada yang bisa mendekati Iida Sadamu karena ia telah membangun lantai yang dapat bernyanyi di sekeliling kediamannya, Nightingale Floor, dan Takeo, dengan kemampuannya, adalah satu-satunya yang dapat melewati Nightingale Floor tanpa menimbulkan suara sedikit pun.

***

Terbunuhkah Iida Sadamu? Bagaimana dengan hidup Takeo dan cintanya? Lalu siapa Muto Kenji dan apa hubungan Takeo dengan Tribe?
Lian Hearn meramu cerita ini dengan sangat detail namun dengan alur yang tidak terlalu lambat. Segera setelah mencapai jantung cerita rasanya ga sabar untuk segera mengetahui jawaban dari pertanyaan di atas.

Baiknya segera baca buku ke-2 setelah selesai dengan buku pertama.
Pada buku ke-2nya, Grass For His Pillow, Lian Hearn lebih banyak mengungkap rahasia yang terjalin antara Shigeru-Takeo-Tribe. Takeo pun makin terlibat dalam pergumulan batin antara sumpahnya pada Tribe dan amanat Shigeru. Kesetiaannya terbelah dua namun hatinya utuh pada Kaede.
Di buku ke-2nya ini Takeo lebih mengalami banyak intrik dan Lian Hearn sukses mengantarkan emosi sang tokoh pada pembaca.

Dan kesimpulannya? Ga sabar buat baca buku ke-3, Brilliance of the Moon :)

***

Buku ini klo diterjemahkan dalam film kayaknya bakal bagus banget, dengan syarat filmnya pun harus dibikin dalam bentuk trilogi. Kalau benar di filmkan, penasaran banget gimana sang sutradara bisa mendeskripsikan kemampuan Takeo, menggambarkan konflik di dalamnya, mengungkapkan keindahan alam, dan menerjemahkan budaya masing-masing Klan. Kayaknya bakal bagus banget. Akan ada filmnya ga ya?

Btw novel ini dah banyak banget dapet penghargaan. Pokoknya top abis deh, 5 bintang :)

3 comments:

Anonymous said...

resensi yang bagus dan lengkap...cuma kurang satu...yaitu endingnya ga di ceritain...jadi buat yang belum punya uang untuk beli buku yang cukup mahal ini, harus gigit jari karena ga tau endingnya..
sebagai saran...boleh ga resensinya di tulis lengkap? please

Anonymous said...

Cerita tentang dunia pedang di jepang emang menarik. dl pas sma aku suka musashi, sayang koleksi perpusnya gak lengkap.. :(

gitafh said...

sweet kodok shrek yang budiman, ga seru dong klo endingnya diceritain, ntar bisa di demo ma penerbit hehe karena orang orang lebih suka baca di pensilwarna dibanding ma beli buku *gr mode* :D

anang, dulu aku ga tertarik baca novel yang tebel2, tapi dan brown berhasil memprovokatori untuk semangat baca novel tebel, dan tales of d otori ini ngasih bukti klo ga rugi ngikutin novel novel jenis seperti ini

Iri

Ingin rasanya berada bersisian, berdampingan dengan teman-teman di lapangan yang sedang berjibaku tak kenal henti. Mereka diberi kesempa...