Thursday, 29 June 2006

ia dan jalanan

ia masih berdiri disana. berlindung dari terik matahari di balik topinya. warna warni kendaraan diikutinya, satu persatu. dan yang ia nanti akhirnya tiba, deretan mobil berwarna warni kini berhenti rapih, berusaha menaati rambu lalu lintas, lampu merah. ia bergegas, dengan gitar kusam dan iringan terik matahari.

"aku, seorang lelaki..", alunannya, namun tak membuahkan hasil.

ia hampiri mobil kedua, namun belum sepatah katapun yang keluar dari bibirnya yang hitam, pengemudi mobil sudah tersenyum ramah menolaknya.

di mobil yang keempat terlihat seorang ibu muda yang mengenakan jilbab. dan ia pun bersenandung. lirih dengan bait yang patah-patah. lalu uang lima ratus rupiah pun berpindah tempat melalui celah kecil di antara jendela.

tak lama, ia menyingkir dari jalanan. membiarkan deret warna warni kendaraan berkejaran lagi.

dan ia kembali menyembunyikan diri di balik topinya. menghitung kepingan rupiah. dan menanti hari dalam irama yang selalu terulang tiap harinya. membuat ia yakin hidup itu tidak adil.

4 comments:

Anonymous said...

Begitulah realita. Dan kita pun dituntut tuk selalu arif dan bersikap bijak dalam menghadapinya.

Anonymous said...

Hidup itu tidak adil karena dia yang hidup di jalanan itu bisa dapat 100 ribu rupiah setiap hari hanya dengan berdiri disana. Reality Bites.

Anonymous said...

Excellent, love it! » » »

Anonymous said...

This is very interesting site... » » »

Iri

Ingin rasanya berada bersisian, berdampingan dengan teman-teman di lapangan yang sedang berjibaku tak kenal henti. Mereka diberi kesempa...