"saya ingin anda jadi anak laki-laki ibu saya"
wanita itu berkata demikian sembari menyeduh teh yang telah di pesannya. ia kemudian memalingkan wajahnya ke jendela di sampingnya. semburat jingga matahari. menyilaukan. dan menyedihkan.
kafe itu sepi di awal minggu seperti ini. di sekeliling wanita itu hanya ada beberapa pria yang menyeruput kopi mereka atau sekedar bersenda gurau dengan lawan bicaranya.
wanita itu kembali menatap lurus ke depan. ia mengaduk-ngaduk tehnya. air di dalam cangkir itu bergolak perlahan seperti irama sendok didalamnya. wanita itu menunduk sebentar.
"ibu saya, wanita luar biasa yang membesarkan saya. wanita terhebat dalam hidup saya. wanita yang semestinya mendapat cinta yang luar biasa."
ia terdiam perlahan.
"dan saya tidak dapat memberinya. saya baru belajar mencintainya, dengan tertatih-tatih. saya baru belajar untuk bisa memberi. meski saya tahu saya tak bisa menyamainya."
kini satu persatu pengunjung mulai meninggalkan kafe. wanita itu masih disana, bersama senja yang makin memerah.
"ibu tak pernah berkata apapun. tapi dari matanya saya tahu, ibu sering menangis diam-diam, karena saya. karena saya tak pernah tahu bagaimana mengerti ibu. karena bilangan usia saya tak mengubah saya menjadi seorang yang lebih baik. ibu terlalu banyak dikecewakan oleh saya, oleh saudara laki-laki saya. dan ibu hanya ingin satu: anak yang memahaminya. dan itu bukan saya. setidaknya bukan saya saat ini. saya baru belajar memahaminya. sedang ibu, ia digerogoti oleh waktu. dan saya ingin menyaingi waktu, saya ingin bisa menawarinya cinta yang lain."
wanita itu sering sekali datang ke kafe ini. tempat favoritnya adalah di samping jendela di sebelah barat kafe. tempat dimana senja menyinarinya.
"saya mungkin berharap terlalu banyak. tapi benar saya sedang tertatih-tatih mencobanya. dan disana, saya melihat ada cinta untuk ibu saya. tolonglah, saya hanya ingin anda jadi anak laki-laki ibu saya. memberinya cinta dari seorang anak yang memahami perasaannya. tolonglah, seperti anda menjadi anak laki-laki ibu anda, tolong berikan cinta anda pada ibu saya. saya hanya ingin anda jadi anak laki-laki ibu saya. lalu ajari saya memahami ibu."
wanita itu menyeruput habis teh dicangkirnya. ia menghela nafas sejenak. lalu dibereskannya perlahan benda-benda kecil di meja. langit kini perlahan menjadi gelap. wanita itu berdiri, meletakkan sejumlah uang di meja dan pergi.
dan disana hanya ada bayangan senja dan secangkir teh. wanita itu tidak meninggalkan siapapun disana.
2 comments:
aduh gita sedih banget postingannya...
sedih...tapi dikebalikannya..aku jadi was-was nih...
semoga aku bisa memahami dan memaklumi anakku...supaya kelak gak terjadi hal begitu...:(
anak dan ibu harusnya pasangan yang paling harmonis..harusnya...tapi???
-ari-
git..danke no telpnya yaaaa...:)
wah dalem banget nih cerpen, dalem banget keinginan untuk... hehehe;p (membahagiakan sang ibu tercinta), jadi punya keinginan seperti tokoh cerpen diatas (^_*)
Post a Comment